google.com, pub-4169750801100201, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Hal Penting Untuk Menjadi MC Pembawa Acara Bahasa Jawa | MUDA MUDI CONDROWANGSAN

Hal Penting Untuk Menjadi MC Pembawa Acara Bahasa Jawa

Hal Penting Untuk Menjadi MC Pembawa Acara Bahasa Jawa 
Istilah lain dari pembawa acara ialah M.C. atau Master of cermoney.Selain itu, ada juga yang menyebutkan  protocol atau pemandu acara.Semua itu juga benar.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan saat membawakan acara,diantaranya:

Hal Penting Untuk Menjadi MC Pembawa Acara Bahasa Jawa


1.Busana atau pakaian yang baik
            A. sesuaikan pakaian anda dengan tempat acara itu diselenggarakan.Misalnya pada saat acara di dalam gedung.Rasanya tidak pantas jika anda sebagai pembawa acara tidak menggenakan sepatu sedangkan tamu anda banyak yang bersepatu
            B. Memilih busana sesuai waktu yang tepat.Siang hari,pagi ataukah malam hari?Dengan memperhatikan waktu yang tepat, tentunya anda lebih jeli memilih busana yang tepat.

2. Suara yang baik
a. Suara harus keras sehingga pendengar palin belakang bisa menangkap pidato anda.Tetapi, jika anda menggunakan mik,STEL-lah volumenya agar tidak terlalu keras.Usahakan jangan meletakkan salon ataub speaker  terlalu dekat dengan pendengar.
b. Usahakan tidak yang sedang batuk, serak,dan sebagainya agar suara terdengar tidak terganggu. Namun, jika terpaksa batuk, usahakan hindari arah mulut dari mik.
            c. Jangan menggunakan nada yang monoton.Berikan tekanan pada kalimat-kalimat tertentu.

3.Penggunaan bahasa
a. Usahakan menggunakan kalimat 6yang komunikatif, dan jangan menggunakan istilah-istilah asing.
            b. Gunakan bahasa yang baik dan benar.
            c. Jangan menggunakan nada yang monoton.Berikan tekanan pada kalimat-kalimat tertentu.

3.Penggunaan bahasa
a. Usahakan menggunakan kalimat yang komunikatif, dan jangan menggunakan istilah-istilah asing.
            b. Gunakan bahasa yang baik dan benar.

4. Sikap seorang M.C
            a.Harus murah senyum,tidak tegang,sedih,atau wajah-wajah melankolis lainnya.
            b. Sebaiknya memegang kertas yang isinya susunan acara,kecuali jika acaranya rileks.
            c. Jangan memasukkan salah satu tangan ke kantong celana(apalagi kedua-duanya)
            d. Jangan membelakangi hadirin.
            e.Jangan menyalami pembicara yang baru turun dari podium.
f. Usahakan mengucapkan kata”MAAF” jika ditengah-tengah bicara batuk,sebelum melanjutkan kata-kata seterusnya.
            g. Jangan berpegang pada mik jika mik tersebut sudah berstandard.


Kiat Menjadi MC Pembawa Acara Bahasa Jawa
Kita sering mendengarkan dan memperhatikan pidato. Kadang di benak kita juga muncul anggapan (atau mungkin semacam tuduhan) bahwa pidato seseorang hanya meniru pidato dari orang lain. Apalagi bila kita mendengar istilah atau rangkaian kalimat yang digunakan dalam pidato seseorang itu hampir sama atau bahkan sama persis dengan istilah atau rangkaian kalimat yang digunakan orang lain. Dari urutan konsep atau sistematikanya sampai dengan susunan tata bahasa yang digunakan saat pidato hampir sama antara satu orang dengan orang lain. Ya, kalau demikian memang sekilas orang melakukan pidato hanya saling meniru. Tapi BENARKAH DEMIKIAN.??
Jawabannya memang ada dua, bisa dijawab BENAR, tapi lebih baik dijawab TIDAK. Kenapa?
BENAR bahwa diantara sekian banyak orang yang bisa melakukan pidato berawal dari menirukan cara pidato orang lain. Bahkan ada orang bisa pidato dengan (terkesan) bagus hanya karena mendengarkan dan menghafal hasil rekaman pidato orang lain.
Tapi sebaiknya tuduhan dalam benak kita itu kita jawab dengan kata TIDAK BENAR. Artinya kita menyadari bahwa orang yang bisa dan biasa pidato itu tidak sekedar saling meniru. Kalaupun awalnya ia mampu pidato karena menirukan orang lain, atau karena menghafal hasil rekaman pidato orang lian, akhirnya dalam diri orang itu akan muncul dengan sendirinya pemahaman tentang segala sesuatu yang ada dalam pidato. Yang berarti ia mengetahui dan memahami pedoman tentang pidato.
Jadi pada intinya, bukan masalah dari mana dan bagaimana awalnya kita belajar melakukan pidato, tetapi yang terpenting adalah kalau kita kepingin bisa pidato maka kita harus memahami terlebih dahulu ketentuan apa saja yang harus dipenuhi. Untuk itu, ada baiknya kita pahami bersama apa saja ketentuan yang harus dipenuhi dalam pidato. Kita sepakat saja bahwa pidato yang baik adalah pidato yang disampaikan secara runtut sehingga orang yang mendengarkan mudah menangkap dan memahami maksud pidato yang kita sampaikan. Kita juga sepakat bahwa agar pidato kita bisa runtut hingga memudahkan orang lain memahami, maka kita perlu membuat kerangka urutan materi pidato atau sesorah, yang antara lain sebagai berikut :
1.      Uluk salam / menyampaikan salam
2.      Atur Pambuka / salam pembuka
3.      Nyebat Tamu / menyebut tamu yang hadir
4.      Atur puji syukur sarta panuwun / memanjatkan syukur dan ucapan terima kasih
5.      Wigatining atur / inti pesan
6.      Pengejeng-ajeng lan pangajak /  permohonan dan harapan
7.      Atur panutup / kata penutup
Nah, itulah kurang lebih garis besar yang (harus) ada dalam rangkaian sesorah. Tetapi yang harus diingat bahwa keberhasilan sesorah tidak hanya ditentukan oleh sistematika tersebut, malainkan juga sangat dipengaruhi oleh diri pribadi kita. Bagaimana seseorang harus bersikat ketika ia melakukan sesorang. Perlu kita pahami bahwa ketika kita berpidato atau sedang melakukan sesorah, kita harus bersikap agar mampu menarik perhatian tamu yang hadir atau siapa saja yang berada dalam lingkup acara. Seorang yang melakukan sesorah dituntut mampu berperan dan berpenampilan serta melakukan hal-hal yang dapat menarik perhatian hadirin. Dalam sesorah (pidato), seseorang sangat dianjurkan  mempu memiliki empat wa satu ba, yaitu wicara (basa), wirasa, wirama, wiraga  dan busana. Disamping itu, kita juga harus menghindari hal-hal yang menjenuhkan tamu dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan ruang lingkup acara. (Selengkapnya dapat disimak dalam posting sebelumnya, dijelaskan dalam angka 5 dan 6. silahkan Klik disini)
Tuntunan Pranatacara untuk Pemula
(disertai contoh naskah pranatacara)
Pengertian :
Pratanacara yang sering disebut dengan master of ceremony, pembawa acara, pengacara, pambiwara, pranata adicara, pranata titi laksana, panata adicara, paniti laksana atau biasa juga disebut pranata laksitaning adicara, adalah seseorang yang menata acara sebagai pedoman bagi jalannya sebuah acara. Pranatacara memegang peran yang sangat penting atas berlangsungnya sebuah acara. Ia menjadi kunci terhadap berlangsungnya acara.
Tugas pokok dari pranatacara adalah menghantarkan, memandu dan menjalankan suatu acara atau upacara yang telah disusun atau dirancang sebelumnya. Disinilah peran penting pranatacara. Siapapun yang mempunyai atau menyelenggarakan suatu acara, tidak dapat berjalan sendiri dalam menyelenggarakan acara tersebut. Sebaliknya, lancar tidaknya, meriah dan tidaknya sebuah acara (sebagian besar) bertumpu pada pranatacara.
Sebenarnya pekerjaan pranatacara bukanlah sesuatu hal yang sulit untuk dikerjakan, tetapi karena untuk dapat menjadi pranatacara ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, maka orang mengatakan bahwa menjadi pranatacara adalah hal yang sangat sulit. Apalagi di era sekarang, perang pranatacara sudah berkembang, bukan saja sebagai pengatur acara, tetapi berfungsi sebagai pengatur terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan hampir keseluruhan kegiatan. Disini pranatacara juga menjadi media pengumuman, menjadi panyandra (dalam upacara pernikahan adat Jawa), serta menjadi pengatur  segala yang berkaitan dengan acara, misalnya mengatur kapan hidangan harus disuguhkan, kapan hiburan disajikan, bahkan ia harus wira-wiri berkoordinasi dengan bagian konsumsi dan sebagainya.
Seberapa sulit menjadi Pranatacara?
Sebenarnya menjadi pranatacara adalah sesuatu yang tidak sulit, sangat mudah, sebab semua orang atau siapapun orangnya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa yang tidak menderita tuna wicara atau orang yang tidak memiliki masalah dalam berbicara dapat menjadi pranatacara. Tetapi banyak orang yang mengatakan sulit bahkan dianggap sangat sulit dan takut menjadi pranatacara karena tuntutan bahasa. Itu benar, tetapi juga tidak!! Orang mengatakan sulit karena ia berpandangan bahwa menjadi pranatacara harus menguasai bahasa Jawa tingkat tinggi. Tetapi sebenarnya pemahaman dan pengetahuan berbahasa Jawa tersebut tetap dapat disiasati, sebab dalam bahasa Jawa dikenal istilah dasa nama. Dalam bahasa Jawa (seperti halnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah lainnya), terdapat kata-kata atau kalimat yang berbeda tetapi memiliki makna atau arti yang sama. Mulai dari kalimat yang dikatakan tingkat tinggi sampai dengan yang paling sederhana atau sangat umum digunakan dalam komunikasi sehari-hari.
Jadi yang terpenting, kita jangan memiliki pandangan dan anggapan bahwa menjadi pranatacara harus menggunakan bahasa Jawa tingkat tinggi atau dakik-dakik. Bahkan dalam menggunakan istilah, seorang pranatacara harus empan papan. Akan sangat tidak pas apabila dalam acara yang hanya dihadiri oleh kalangan muda, pranatacara dalam mengucapkan kalimat penghormatan tamu menyebut : para pangemban pangembating praja satriyaning negari dan seterusnya. Tetapi sebaliknya dapat dianggap sah dalam pertemuan atau acara yang dihadiri oleh para pejabat, kalangan sepuh, remaja, ibu-ibu, anak-anak  pranatacara dalam mengucapkan kalimat penghormatan tamu menyebut : para rawuh ingkang kinurmatan. Nah, sulitkah menjadi pranatacara??
Bagaimana pranatacara melaksanakan tugasnya?
Meskipun dikatakan bahwa syarat utama menjadi pranatacara adalah cukup bisa berbicara, tetapi ada beberapa hal khusus yang sebaiknya ada atau diterapkan dalam diri seorang pranatacara. Hal ini disyaratkan demi kelancaran tugas dari pranatacara itu sendiri, karena banyak orang yang
1.      Kesesuaian antara istilah bahasa yang digunakan (berbahasa) dengan bentuk acara yang dilaksanakan;
Kesesuaian dalam berbahasa menjadi hal yang sangat penting bagi pranatacara. Seorang pranatacara hendaknya memilih kata-kata dan menggunakan istilah yang mudah dipahami olehaudience. Dalam hal ini bahasa yang baik adalah bahasa yang dipilih dengan cermat dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi acara. Diupayakan agar pranatacara dapat menyelaraskan antara bahasa yang dipilih dengan situasi dan kondisi acara, kedudukan tamu yang hadir, dan kepentingan acara.
2.      Memiliki patokan dalam mengatur dan menata jalannya acara;
Sebelum menjalankan tugasnya sebagai pranatacara, seorang pranatacara harus membuat patokan dalam menjalankan acara, walaupun dalam prakteknya bias berubah menurut kebutuhan. Namun garis besar penataan acara sebaiknya ditentukan. Dalam hal ini sekurang-kurangnya pranatacara harus menggunakan patokan umum, yaitu :
a.       mengucapkan salam dan rangkaian kata-kata pembuka;
b.      menyebut penghormatan tamu sesuai kedudukan dan situasi;
c.       mangucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
d.      menyampaiakan / membacakan susunan acara
e.       memandu dan menata jalannya acara
f.       menutup acara.
3.      Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan acara;
Hal ini juga harus dilaksanakan oleh pranatacara, dimana karena peran, kedudukan dan tugasnya seorang pengacara harus melakukan koordinasi dengan pihaj-pihak yang terkait dengan acara. Misalnya pranatacara dalam kegiatan pengajian, ia harus berkoordinasi dengan orang yang diserahi mencari pembicara, orang yang diserahi mengurusi konsumsi, orang yang bertugas menjadi suara panitia, dan sebagainya. Sebaiknya pranatacara juga harus mengetahui nama-nama masing-masing petugas yang akan mengisi acara untuk disebut oleh pranatacara.
4.      Bersikap agar mampu bertindak bijaksana terhadap jalannya acara;
Dalam menjalankan acara, seorang pranatacara dituntut mampu mengambil kebijakan dan inisiatif terhadap jalannya acara. Contoh kecil, misalnya dalam sebuah acara pengajian, telah direncanakan adanya sambutan dari Camat. Namun sampai dengan sampainya waktu acara Sambutan, Camat belum juga hadir. Maka pranatacara harus segera mengambil kebijaksanaan dengan cara merubah bahasa dalam sambutan dengan bahasa : (misalnya) .. pangandikan saking Bapak Camat Kecamatan X utawi ingkang kepareng amakili. Atau bisa juga mengambil tindakan lain dengan ngaturi pejabat di bawahnya yang hadir untuk memberi sambutan. Atau dapat pula meniadakan acara sambutan.
5.      Bersikap agar mampu menarik perhatian tamu yang hadir atau siapa saja yang berada dalam lingkup acara.
Seorang pranatacara dituntut mampu berperan dan berpenampilan serta melakukan hal-hal yang dapat menarik perhatian hadirin. Dalam sesorah (pidato), seseorang sangat dianjurkan  mempu memiliki empat wa satu ba, yaitu wicara (basa), wirasa, wirama, wiraga  dan busana.
a.       Wirasa
Wirasa ini dapat disamakan dengan keta penghayatan. Seorang pranatacara harus bias memahami apa yang diucapkan dan tidak mengandalkan pada hafalan. Dengan demikian maka rangkaian kata yang diucapkan dapat lancar serta terkesan alami. Wirasa ini juga sangat membantu manakala pranatacara akan menyebut sesuatu dengan rangkaian kata yang maneka warna tetapi tidak terkesan dakik-dakik.
b.      Wicara (basa)
Bahasa menunjukkan bangsa. Sebagai orang Jawa, kita harus bisa menunjukkan citra kita melalui bahasa yang kita gunakan. Kita sangat dituntut untuk mampu memilih bahasa yang sesuai dengan orang yang dihadapi serta situasi dan kondisi baik waktu maupun orang yang dihadapi. Sebagai pranatacara, sebaiknya dalam memilih bahasa sedapat mungkin menggunakan bahasa Jawa sederhana namun tetap memiliki nilai etika dan estetika. Suara yang kita keluarkan-pun (vocal) juga dituntut agar langsung dapat dicerna oleh yang mendengarkan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1)      suara tidak dibuat-buat dan usahakan agar suara asli kita tidak berubah;
2)      pengolahan vocal harus jelas, dapat membedakan antara vocal A dan O, konsonan Dhdengan D, dan sebagainya.
3)      Berusaha bersuara secara maksimal, tetapi jangan sampai merusak nada suara yang dikeluarkan (intonasi).
c.       Wirama
Wirama berarti irama. Seorang pranatacara dituntut mampu mengontorl dan mengatur irama suaranya. Ia dituntut mampu memahami maksud kalimat yang diucapkan, memahami keras lemahnya suara, cepat lambatnya ucapan dan sebagainya, sehingga ia bisa mengatur intonasi kata demi kata sesuai dengan maksud kalimat yang disampaikan.
d.      Wiraga
Wiraga artinya olah atau gerak tubuh, hal ini terkait pula dengan wirama dan mimik. Wiraga seorang pranatacara harus luwes, sesuai dengan situasi dan kondisi namun tidak mengurangipower sang pranatacara.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan wiraga ini, yaitu :
1)      bersikap tegap, tidak dibuat-baut dan menebar pandangan ke seluruh ruangan dengan maksud untuk menguasai ruangan.
2)      tangan ngapurancang dan tidak kaku
3)      menjaga sopan santun
4)      menjaga dan mengendalikan raut wajah disesuaikan dengan situasi acara. Misalnya, pranatacara pada upacara lelayu, gerak tubuh dan mimik harus tetap dijaga agar tidak merusak situasi dan suasana dukacita.
5)      tertawa atau tersenyum yang dibuat-buat dengan maksud menutupi kekurangannya sehingga berakibat tidak pas dengan maksud yang diucapkan.
e.       Busana
Ajining raga gumantung busana. Itulah unen-unen Jawa yang harus senantiasa kita pegang. Busana yang dikenakan pranatacara harus disesuaikan dengan acara yang dilaksanakan. Pada prinsipnya memang busana yang dikenakan oleh pranatacara adalah bebas rapi. Namun disisi lain ada yang harus diperhatikan. Misalnya jangan sampai pranatacara (dalam acara apapun) hanya mengenakan kaos oblong, sandal jepit dan lain-lain yang kurang sedap dipandang mata. Sebaiknya busana disesuaikan dengan makna acara dan jangan sampai salah kostum.
6.      Menghindari hal-hal yang menjenuhkan tamu dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan ruang lingkup acara.
Ada beberapa hal yang harus dihindari pranatacara agar tidak menjenuhkan tamu yang dihadapi, antara lain :
1)      Ketika berdiri
Dalam berdiri, seorang pranatacara tidak boleh :
a)      berdiri dengan bertumpu pada satu kaki
b)      berdiri dengan kaki terlalu rapat atau terlalu lebar
c)      berdiri dengan menyandarkan badan pada benda yang ada didekatnya
d)     tampak tidak bersemangat
e)      meletakkan tangan dibelakang badan
f)       lebih banyak menunduk dan tidak memperhatikan ruangan tempat para tamu atau bahkan terlalu banyak memperhatikan luar ruang.
g)      terlalu banyak menggerakkan tubuh yang tidak sesuai atau sebaliknya berdiri dengan kaku.
h)      terlalu sering melihat catatan
2)      Merubah raut wajah secara tiba-tiba.
Raut wajah atau mimik sebaiknya memang tidak monoton. Pranatacara dituntut dapat menunjukkan kemampuan wirasa-nya, tetapi tidak dilakukan secara tiba-tiba.
ASSALAMUALAIKUM.WR.WB
Alhamdulillahirobbil alamin, wasolatu wasalu ala asrofil ambiya’I wal mursalin wa ala alihi wa ashabihi ajmain ama ba’du
Hadrotul mukarom
Dumateng Poro Bapak alim ulama’, Poro Kyai,Poro Ustad, Poro Tini Sepuh lan mboten kesupen dumateng Bapak Solikhin selaku Pengasuh TPQ Abdul Qodir Jailani engkang minulyo.
Teman-temanku Seperjuangan TPQ Abdul Qodir Jailani yang berbahagia
Monggo kito sareng-sareng muji syukur kehadirat Allah SWT keranten berkat rohmat soho hidayahipun sehinggo kito sedoyo saget magempal wonten ing masjid al-mubarok meniko kangge menghadiri adicoro ‘’Pelatihan Khitobah’’ kanti keadaan sehat wal afiat.Mugi-mugi nikmat kados mekaten dipun langgengaken dening allah SWT.Allahumma Amin.
Sholawat serto salam mugi-mugi tansah dipun limpahaken dumateng rasul kito Muhammad SAW.Keranten menikolah nabi utawi rasul ingkang saget paring syafaat dateng kito sedoyo, mbenjang wonten yaumil qiyamah.Mugi-mugi kito sedoyo mangke saget angsal syafaat saking rasulillah wonten ing yaumil qiyamah.Amin
Rekan santri ingkang minulyo
Keparing matur bileh wonten ing mriki kaulo kajibah minangkani pranoto acoro,awit gegayutan wekdal sak antawis dalu pramilo kulo atas nami pranoto acoro badhe maosaken adiacoro ingkang badhe lumampah wonten ing wekdal dalu meniko.
Adiacoro ingkang ongko setunggal inggih meniko pembikaan
Dumawah adiacoro ingkang ongko kalih inggih meniko waosan ayat suci al-quran
Adiacoro ingkang ongko ketigo inggih meniko atur pembagyo
Adiacoro ingkang ongko sekawan inggih meniko mauidoh hasanah
Selajengipun adiacoro ingkang ongko gangsal inggih meniko pamungkas ingkang badhe dipun isi kalian Doa.
Menikolah reranci’ing adiacoro ingkang badhe lumampah wonten ing wekdal dalu meniko.Pramilo monggo kito bikak sesarengan adiacoro ingkang ongko setunggal kanthi waosan surat al-fatihah ingkang harapan mugi-mugi adiacoro ingkang badhe kito lampahi mangke mboten wonten alangan setunggal punopo.Al-fatihah
Adiacoro ingkang ongko kalih inggih meniko waosan ayat suci al-quran ingkang badhe dipun waosaken dening sederek …… Wekdal soho panggenan dipun sumangga aken.
Sod daka wlahul adzim 3X.Dipun aturaken matur sembah nuwun,mugi-mugi waosan ayat suci al-quran ingkang sampun dipun waosaken dening sederek …. Saget mbeto manfaat dateng kito sedoyo.Allahumma…Amin
Poro rencang santri ingkang minulyo.
            Selajengipun adiacoro ingkang ongko tigo inggih meniko atur pembagyo utawi sambutan ketua panitia ‘’PELATIHAN KHITOBAH’’ wonten ing wekdal dalu meniko ingkang badhe dipun sampeaken dening sederek ……. Wekdal soho panggenan dipun sumangga aken.
Dipun aturaken matur sembah nuwun,adiacoro ingkang ongko sekawan inggih meniko mauidoh hasanah.Mauidoh hasanah ingkang ongko ….. badhe dipun sampeaken dening sederek …. Wekdal soho panggenan dipun sumanggaaken.
===========@@@@@@@@@=============
Dipun aturaken matur sembah nuwun,Mauidoh hasanah ingkang ongko …. Badhe dipun sampeaken dening sederek … wekdal soho panggenan dipun sumangga aken.
Dipun aturaken matur sembah nuwun,Adiacoro selajengipun inggih meniko pamungkas ingkang badhe dipun isi kalian DO’A dening Al-Mukarom Bapak Solikhin.Wekdal soho panggenan dipun sumangga aken.
====@@@@====
Dipun aturaken matur sembah nuwun,Poro rencang santri ingkang minulyo.
Menikolah reranci ing adiacoro ingkang sampun lumampah wonten ing wekdal dalu meniko .Kulo atas name pranoto acoro mbok bileh wonten kasar sarunipun rembuk soho kirang trepsilaning kaulo nyuwun agungipun samudro pangapsami.
Santen Duduhe Kelopo
Ketupat Janure Tuo
Semanten Atur Kawulo
Menawi Lepat Nyuwun Ngapuro
Wassalamualaikum.Wr.Wb

Sumber :
http://kalank-kabut.blogspot.co.id/2011/08/hal-hal-yang-harus-diperhatikan-dalam.html
http://pidato.net/2711_b-jawa-docx-pedoman-sesorah-ahasa-jawa
https://kanal3.wordpress.com/2012/11/06/belajar-menjadi-mcpembawa-acara-dalam-bahasa-jawa/

2 Responses to "Hal Penting Untuk Menjadi MC Pembawa Acara Bahasa Jawa "

  1. Kalau bahasa jawa halus saya ndak bisa mas, tapi kalau untuk jawa sumatera saya bisa heehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. bahasa jawa sumatra itu kayak gimana gan, contohin donk belom pernah denger nih, wkakak

      Delete